AS-China Gelar Perundingan di Kuala Lumpur, Cegah Eskalasi Perang Dagang Jelang Pertemuan Trump-Xi
- account_circle syaiful amri
- calendar_month Ming, 26 Okt 2025
- comment 0 komentar

Presiden AS, Donald Trump menjabat tangan Presiden China, Xi Jinping saat jamuan makan malam di resor Mar a Lago, Florida. Kedua pemimpin negara tersebut diagendakan akan menghabiskan waktu bersama secara privat. (AP Photo/Alex Brandon)
JAMBISNIS.COM – Pejabat ekonomi terkemuka dari Amerika Serikat (AS) dan China memulai perundingan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Sabtu (25/10/2025). Langkah ini diambil untuk mencegah eskalasi perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, sekaligus mempersiapkan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung pekan depan.
Mengutip CNBC, pembicaraan bilateral itu digelar di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Pertemuan tersebut akan memetakan arah hubungan dagang ke depan setelah Trump mengancam akan menerapkan tarif baru hingga 100% terhadap produk-produk asal China, serta memberlakukan pembatasan perdagangan tambahan mulai 1 November 2025.
Langkah tersebut merupakan respons Washington terhadap kebijakan ekspor baru China yang memperluas kontrol atas mineral tanah jarang, komoditas penting dalam industri teknologi global.
Kebijakan Trump terbaru juga mencakup perluasan daftar hitam ekspor AS terhadap ribuan perusahaan China. Hal ini mengguncang gencatan senjata perdagangan yang sebelumnya telah disepakati antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.
Sejak Mei 2025, ketiga pejabat tersebut telah menggelar empat kali pertemuan untuk meredakan ketegangan dagang. Namun, kebijakan tarif baru Trump membuat hubungan kedua negara kembali memanas.
Pemerintah Malaysia, AS, dan China sejauh ini belum memberikan rincian resmi mengenai hasil perundingan tersebut, termasuk apakah akan ada konferensi pers atau keterangan resmi kepada media.
Pertemuan di Kuala Lumpur ini disebut sebagai langkah penting untuk membuka jalan bagi pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Xi Jinping yang akan digelar pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Korea Selatan, Kamis mendatang.
Pertemuan itu dinilai sebagai dialog berisiko tinggi yang dapat mempengaruhi kebijakan tarif, ekspor teknologi, hingga pembelian kedelai AS oleh China, yang sempat terhenti akibat ketegangan dagang.
Beberapa saat sebelum meninggalkan Washington untuk tur Asia, Trump mengonfirmasi bahwa isu pertanian dan Taiwan akan menjadi bagian dari agenda utama pembicaraannya dengan Xi.
“Para petani Amerika, yang terdampak pembekuan pembelian kedelai oleh China, dan juga Taiwan, akan menjadi bagian dari pembahasan,” ujar Trump sebelum bertolak.
Trump menegaskan bahwa dirinya tidak berencana mengunjungi Taiwan selama perjalanan ini. Namun, ia menyampaikan keprihatinan terhadap kasus taipan media Hong Kong, Jimmy Lai, yang hingga kini masih dipenjara. Kasus tersebut menjadi simbol dari tekanan Beijing terhadap kebebasan pers dan hak sipil di Hong Kong.
“Kami memiliki banyak hal untuk dibicarakan dengan Presiden Xi, dan beliau juga memiliki banyak hal untuk dibicarakan dengan kami. Saya pikir pertemuan kami akan berjalan dengan baik,” kata Trump optimistis.
Presiden AS itu dijadwalkan menjalani tur lima hari ke Asia, mencakup Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan. Ini merupakan kunjungan luar negeri terpanjang sejak ia mulai menjabat pada Januari 2025.
Dalam wawancara di atas Air Force One, Trump juga menyinggung peran China dalam hubungan AS dengan Rusia. “Kami ingin China membantu kami dalam urusan dengan Rusia,” ujar Trump, menutup pernyataannya.
- Penulis: syaiful amri

Saat ini belum ada komentar