Rupiah Menguat Jadi Rp16.667 per Dolar AS
- account_circle darmanto zebua
- calendar_month Sel, 25 Nov 2025
- comment 0 komentar

ILUSTRASI: Nilai tukar rupiah menguat pagi ini menjadi Rp16.667 per dolar Amerika Serikat (AS).(F:Ist)
JAMBISNIS.COM – Nilai tukar rupiah menguat pada awal perdagangan pagi ini, Selasa (25/11/2025). Rupiah dibuka menguat 32 poin atau 0,19 persen menjadi Rp16.667 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.699 per dolar AS.
Pergerakan rupiah sejalan dengan hampir seluruh mata uang di Asia. Ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melesat 0,22%. Disusul, won Korea Selatan melonjak 0,18%.
Selanjutnya ada yen Jepang yang terkerek 0,17%. Lalu, yuan China dan dolar Singapura yang sama-sama menanjak 0,06%.
Berikutnya, baht Thailand yang terapresiasi 0,05% dan dolar Hongkong naik 0,04%. Diikuti, dolar Taiwan yang menguat 0,03%.
Sementara itu, peso Filipina menjadi satu-satunya mata uang yang melemah setelah turun tipis 0,002% terhadap the greenback. Dolar AS turut menguat 0,01% ke level 100,15.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring perkiraan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) yang telah mencapai 81 persen.
“Pemangkasan belum 100 persen, tapi hari ini sudah naik mencapai 81 persen dibandingkan Senin (23/11) di 60 persen-an,” katanya dikutip Antara.
Prediksi rupiah yang akan menguat terhadap dolar AS di tengah sentimen risk-on peningkatan prospek pemangkasan suku bunga The Fed, menurut dia, dipicu komentar Gubernur The Fed Christopher Waller.
Pejabat Federal Reserve tersebut mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga pada bulan Desember sesuai dengan keadaan perekonomian AS, dan diperlukan.
Di sisi lain, mengutip Anadolu, perselisihan antara para pejabat The Fed terkait apakah harus memangkas suku bunga masih berlanjut. Sebagian pejabat masih ada yang menyuarakan keraguan tentang urgensi pemotongan lebih lanjut.
Sebelumnya, Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 3,75-4 persen dalam rapat di bulan Oktober. Namun, hasil pemungutan suara 10-2 tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat perpecahan di antara para pejabat.
“Sentimen risk on (terhadap rupiah) juga didukung oleh kembalinya euforia AI (Artificial Intelligence),” kata Lukman.
Banyak valuasi perusahaan teknologi mengalami lonjakan harga saham dan valuasi pasar yang sangat besar karena antusiasme investor terhadap AI. Bahkan, lanjutnya, beberapa dari perusahaan tersebut merupakan startup yang masih merugi dengan nilai valuasi fantastis.
Kenaikan harga sama juga terjadi terhadap saham-saham nonteknologi, yang menunjukkan adanya kepercayaan pasar berlebihan di bursa saham.
Saat ini, ia mengatakan pasar saham sudah mengalami banyak koreksi (penurunan harga). Tetapi, investor masih ragu antara koreksi yang lebih besar atau melanjutkan kenaikan.(*)
- Penulis: darmanto zebua
- Editor: Darmanto Zebua

Saat ini belum ada komentar