Mobil Toyota Diklaim Siap Tenggak BBM Campur Etanol 20%
- account_circle -
- calendar_month Sen, 13 Okt 2025
- comment 0 komentar

ILUSTRASI: Toyota siap atas kebijakan mandatori dari pemerintah Indonesia yang akan mewajibkan campuran BBM dengan etanol 10% (E10).(F:Ist)
JAMBISNIS.COM – Produsen otomotif asal Jepang, Toyota mengungkapkan kesiapan perseroan menjelang kebijakan mandatori dari pemerintah Indonesia yang akan mewajibkan campuran BBM dengan etanol 10% (E10).
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, seluruh lini produk Toyota di pasaran saat ini sudah kompatibel dengan BBM campuran etanol 20% alias E20. Alhasil, menurutnya produsen otomotif di Indonesia sejatinya sudah siap terhadap kebijakan mandatori E10.
“Kalau Toyota sudah sampai E20. Mungkin brand yang lain E10. Jadi aman E10 sebenarnya, aman lah,” ujar Bob dikutip Senin (13/10/2025).
Mengacu laman resmi Toyota, mobil yang dapat menenggak bahan bakar bioetanol dikembangkan melalui teknologi khusus yang bernama flexy fuel vehicle (FFV). Mesin flexy fuel dapat menggunakan bahan bakar bioetanol dengan kadar 5% (E5) hingga 100% (E100).
Sejatinya, FFV mirip dengan kendaraan konvensional berbasis BBM (internal combustion engine/ICE). Namun, yang membedakan adalah sistem bahan bakar yang dapat menggunakan etanol dan pengaturan sistem penggerak yang berbeda. Meskipun efisiensi bahan bakar biasanya menurun dengan peningkatan kadar etanol, beberapa mesin FFV justru menunjukkan kinerja akselerasi yang lebih baik saat menggunakan campuran etanol yang lebih tinggi.
Perlu diketahui, bioetanol merupakan bahan bakar alternatif dari nabati seperti tebu, singkong, atau jagung yang dapat dicampur dengan bensin dalam kendaraan bermotor. Sejumlah negara pun telah mengembangkan bioetanol, seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, hingga Eropa.
“Di luar negeri itu sekarang hampir semua negara ini sudah menerapkan E10, E20, bahkan Thailand itu sudah bergerak ke E20. Di Amerika juga mereka sudah menerapkan di beberapa negara bagian E10, E15, bahkan ada E85. Di Brasil sudah E100,” jelas Bob.
Dari sisi lingkungan, penggunaan etanol disebut mampu menurunkan emisi hingga 65%. Di sejumlah negara seperti India, program etanol bahkan mendapat subsidi pemerintah karena bahan bakunya berasal dari hasil pertanian. Peningkatan permintaan etanol turut mendongkrak pendapatan petani. “Kalau bensin, itu kan tambang yang memproduksi, yang kaya kan pemilik tambang. Kalau etanol yang kaya siapa? Petani tebu, jagung, singkong. Nah, jadi kalau itu bisa berkembang dengan baik, itu bisa jadi pilar kedua pertumbuhan ekonomi kita setelah sawit. Jadi ada multiplier effect,” pungkas Bob.
Diberitakan sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengaku telah mendapatkan arahan dari Presiden Prabowo Subianto untuk segera membuat peta jalan untuk mendorong bensin di dalam negeri dicampur dengan etanol 10% guna menekan impor BBM.
“Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatory 10% etanol. Dengan demikian kita akan campur bensin kita dengan etanol tujuannya agar kita tidak impor banyak,” kata Bahlil di Jakarta, Selasa (7/10/2025). Kendati demikian, Bahlil memastikan bahwa mandatory E10 tidak akan diterapkan tahun depan. Dia menyebut, hal tersebut masih perlu dipersiapkan dari segi bahan baku dan pengolahannya.(*)
- Penulis: -

Saat ini belum ada komentar