Harga Kopi Dunia Melonjak: Dampak Tarif Trump dan Krisis Iklim di Brasil
- account_circle syaiful amri
- calendar_month Sen, 27 Okt 2025
- comment 0 komentar

JAMBISNIS.COM – Harga kopi dunia kembali mencetak rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump serta dampak perubahan iklim yang melanda Brasil, produsen kopi terbesar dunia.
Sejak Juli 2025, AS menerapkan tarif impor 50% terhadap kopi dari Brasil. Akibatnya, harga kopi bubuk di pasar AS naik menjadi USD 9,14 per 500 gram pada September 2025, meningkat 41% dibanding tahun sebelumnya. Data Departemen Tenaga Kerja AS juga mencatat harga kopi instan dan produk sejenis naik hingga 19% dibanding 2024.
Pemilik Momentum Coffee di Chicago, Nikki Bravo, mengaku harus menaikkan harga menu kopi berbasis espresso sekitar 15% karena biaya bahan baku dan operasional ikut melambung. “Harga biji kopi naik sekitar 15%, ditambah kenaikan upah minimum dan perlengkapan kafe,” ujarnya.
Selain faktor tarif, kekeringan ekstrem di wilayah Minas Gerais, Brasil, turut memperparah kenaikan harga. Curah hujan di wilayah penghasil kopi utama itu hanya 70% dari rata-rata normal. Analis pasar dari StoneX, Fernando Maximiliano, menegaskan bahwa “krisis iklim adalah faktor utama yang menekan pasokan global.”
Sejak Agustus, harga futures kopi arabika melonjak hampir 40%, sedangkan robusta naik sekitar 37%. Brasil yang menyumbang 40% produksi kopi dunia kini kesulitan memenuhi permintaan global akibat dampak iklim sejak 2020.
Pemerintah Brasil melalui Badan Pasokan Nasional (Conab) berharap hujan baru-baru ini dapat membantu pemulihan tanaman kopi. Di sisi lain, Trump dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva mulai membuka negosiasi untuk mencabut tarif demi menstabilkan harga.
Namun, para ahli menilai tekanan harga jangka panjang masih akan berlanjut. Penelitian terbaru memperkirakan hanya 50% lahan kopi saat ini yang masih layak tanam pada tahun 2050 jika tren iklim ekstrem terus berlanjut.
Untuk bertahan, Brasil mulai mengembangkan varietas kopi tahan panas dan kekeringan serta memperluas lahan di daerah beriklim lebih sejuk. Namun, upaya adaptasi ini menambah biaya produksi, mulai dari teknologi pertanian hingga sistem irigasi.
Ketua IllyCaffè SpA, Andrea Illy, menyebut hanya 10% lahan kopi dunia yang sudah menggunakan irigasi. “Jika ingin produksi tetap stabil, perlu investasi besar pada teknologi pertanian berkelanjutan,” ujarnya.
Dengan kombinasi tekanan tarif, cuaca ekstrem, dan biaya adaptasi tinggi, harga kopi global diprediksi tetap tinggi hingga tahun depan sebelum pasokan kembali stabil.
- Penulis: syaiful amri

Saat ini belum ada komentar