Gen Z Ini Raup Rp 1,6 Miliar Setahun dari Bengkel Mesin Pesawat
- account_circle -
- calendar_month 14 jam yang lalu
- comment 0 komentar

ILUSTRASI: Bianca Miller sedang menjalankan aktivitasnya di di Aviation Institute of Maintenance, New Jersey.(F:Ist)
JAMBISNIS.COM – Selama bertahun-tahun, rumus sukses dianggap sederhana: kuliah, dapat gelar, lalu kerja di perusahaan besar. Namun bagi banyak anak muda Gen Z, rumus itu kini terasa usang.
Biaya kuliah yang melambung, utang mahasiswa yang menumpuk, dan pasar kerja yang tak pasti membuat banyak dari mereka mencari jalan yang lebih cepat dan murah menuju karier mapan.
Salah satunya adalah Bianca Miller. Awalnya, perempuan 25 tahun ini mengambil jurusan teknik mesin di universitas empat tahun. Ia ingin bekerja dengan mesin dan permesinan, namun lama-kelamaan merasa apa yang dipelajari tak sesuai dengan impian.
“Saya tidak suka kenyataan bahwa separuh kelas saya tidak ada hubungannya dengan karier yang saya inginkan,” ujar Miller kepada Fortune seperti dikutip Kontan, Selasa (21/10/2025).
Ia juga melihat teman-temannya yang tetap bertahan di jurusan itu tidak lebih beruntung. Banyak dari mereka kesulitan mendapat pekerjaan, bahkan sekadar magang tanpa bayaran.
Akhirnya, Miller memutuskan mengambil alih masa depannya sendiri. Ia keluar dari kampus dan mendaftar di program pelatihan teknisi selama 21 bulan di Aviation Institute of Maintenance, New Jersey, pada awal 2022.
Keputusan itu terbukti tepat. Setelah lulus, perusahaan-perusahaan justru berebut mempekerjakannya. Kini ia bekerja di United Airlines sebagai teknisi avionik di Bandara Internasional Newark Liberty, memperbaiki mesin dan sistem kelistrikan pesawat.
Penghasilannya kini menembus lebih dari US$ 100.000 per tahun, atau setara lebih dari Rp 1,6 miliar, dua kali lipat dari investasi pendidikannya.
Selain itu, pekerjaannya juga relatif aman dari ancaman otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI).
“Kesempatannya tidak ada habisnya,” kata Miller.
Kisah Miller mencerminkan tren baru di kalangan Gen Z yang mulai meninggalkan pendidikan empat tahun dan beralih ke pelatihan berbasis keterampilan.
Industri penerbangan menjadi salah satu contoh paling jelas. Seiring meningkatnya perjalanan pascapandemi dan banyaknya teknisi yang pensiun, permintaan tenaga terampil melonjak tajam.
Menurut laporan CAE Aviation Talent Forecast, industri penerbangan membutuhkan sekitar 416.000 teknisi perawatan pesawat baru dalam delapan tahun ke depan.
Di Amerika Serikat, gaji median teknisi pesawat mencapai sekitar US$79.000 per tahun, dan bisa menembus US$300.000 dengan lembur.
Data dari National Student Clearinghouse juga mencatat, pendaftaran di sekolah kejuruan meningkat hampir 20% sejak 2020, menandakan perubahan pandangan besar di kalangan muda.
Namun, pendidikan tinggi tradisional tidak sepenuhnya ditinggalkan. Gelar sarjana masih menawarkan imbal hasil jangka panjang—rata-rata 682% sepanjang karier.
Hanya saja, jalur alternatif seperti sekolah kejuruan kini terbukti lebih cepat, terjangkau, dan juga menguntungkan.
“Sekolah kejuruan jarang dibicarakan. Sejak kecil, kita diajarkan bahwa jalannya adalah kuliah,” kata Miller.”(*)
- Penulis: -
Saat ini belum ada komentar