-
Syaiful Amri
JAMBISNIS.COM - Pasar apartemen strata di Jakarta sedang menghadapi tantangan besar, dengan lebih dari 45.000 unit belum terjual dari total pasokan 259.000 unit. Kondisi ini mengindikasikan kelebihan suplai dan penurunan minat beli masyarakat terhadap hunian vertikal di ibu kota.
Menurut Martin Samuel Hutapea, Senior Director Research Leads Property Indonesia, permintaan apartemen saat ini sangat rendah. “Total penjualan unit di seluruh Jakarta hanya 185 unit. Ini menandakan bahwa sektor apartemen sedang mengalami kelesuan signifikan,” ungkap Martin, Selasa (1/7/2025).
Meski harga apartemen tergolong stabil, dengan rata-rata Rp 27,5 juta per meter persegi, tingkat penjualan baru mencapai 83 persen dari total pasokan. Untuk mendorong penjualan, pengembang hanya menaikkan harga sekitar 1 persen dibanding Kuartal I-2024, menunjukkan kehati-hatian dalam menyikapi pasar.
Pasar apartemen Jakarta terbagi dua wilayah utama:
CBD Jakarta (21% pasokan):
Harga tertinggi, rata-rata Rp 57,7 juta/m²
Pertumbuhan harga minim, hanya 0,3%
Daya serap tetap lemah meski premium
Outside CBD (79% pasokan):
Harga lebih terjangkau, rata-rata Rp 26 juta/m²
Pertumbuhan harga sekitar 1%
Pasar didominasi proyek kelas menengah, khususnya dekat kampus dan transportasi
Martin menilai tingginya jumlah unit tak terjual disebabkan oleh ketidaksesuaian antara pasokan unit dan kebutuhan konsumen. Milenial dan Gen Z lebih memilih apartemen tipe studio hingga 2 kamar tidur dengan lokasi strategis, dekat transportasi umum dan pusat bisnis.
Sebaliknya, apartemen mewah (3–4 kamar) masih memiliki permintaan stabil dari Generasi X dan Baby Boomers, yang mengutamakan kenyamanan dan gaya hidup premium.
“Jika pasokan tidak menyesuaikan preferensi pasar utama, maka penjualan pasti terhambat. Pengembang harus lebih adaptif terhadap tren,” tutur Martin.