Soal Utang Kereta Cepat, Menkeu: Untungnya ke Dia, Susahnya ke Kita
- account_circle -
- calendar_month Sel, 14 Okt 2025
- comment 0 komentar

Kereta Cepat Jakarta Bandung
JAMBISNIS.COM – Polemik utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh terus mengemuka. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali menegaskan bahwa utang tersebut tak bakal ditanggung APBN.
Diberitakan Tempo.co, menurut Purbaya Danantara, sebagai lembaga pengelola perusahaan-perusahaan BUMN, sudah mengambil lebih dari Rp 80 triliun dividen BUMN. Seharusnya, kata Menkeu, Danantara menyelesaikan permasalahan dari dividen tersebut. Menurut Tempo.co,
“Kalau pakai APBN agak lucu, karena untungnya ke dia, susahnya ke kita. Harusnya kalau diambil, ambil semua gitu,” kata Purbaya di Tanjung Priok, Jakarta, Senin (13/10).
Proyek prestisius yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN) itu pernah dikritik oleh ekonom Faisal Basri, terutama mengenai utang yang timbul. Selama proses pembangunan, KCJB yang semula digadang-gadang sebagai kerja sama murni antarperusahaan (business to business) itu akhirnya harus mengandalkan dana APBN untuk menyelamatkan keberlanjutannya. Sejak awal, banyak pihak menilai proyek ini berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari bagi BUMN yang dilibatkan.
Mengutip Kompas.com, meski Kereta Cepat telah beroperasi selama dua tahun, masalah baru muncul. Yakni PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) harus mencicil utang pokok dan bunga ke pihak China. Untuk diketahui, KCIC adalah perusahaan patungan Indonesia dan China yang mayoritas sahamnya dimiliki PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium BUMN Indonesia yang dipimpin PT KAI.
PT KCIC mencatatkan kerugian triliunan rupiah, yang akhirnya menjadi beban bagi empat BUMN Indonesia yang jadi pemegang saham PT PSBI. Kerugian itu terutama bersumber dari utang besar yang ditanggung KCIC sejak masa pembangunan KCJB. Biaya konstruksi yang melonjak dari perhitungan awal membuat perusahaan harus menanggung tambahan kewajiban pembayaran utang dan bunga.
Jumlah investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung menembus sekitar 7,27 miliar dollar AS atau Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500). Dari total investasi tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB), dengan bunga sebesar 2 persen per tahun. Utang pembangunan Whoosh dilakukan dengan skema bunga tetap (fixed) selama 40 tahun pertama. Bunga utang KCJB ini jauh lebih tinggi dari proposal Jepang yang menawarkan 0,1 persen per tahun. Selain itu, total utang tersebut belum menghitung tambahan penarikan pinjaman baru oleh KCIC karena adanya pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai 1,2 miliar dollar AS, bunga utang tambahan ini juga lebih tinggi, yakni di atas 3 persen per tahun.
Sebagian besar pembiayaan proyek Whoosh memang ditopang dari pinjaman CDB, ditambah penyertaan modal pemerintah lewat APBN, serta kontribusi ekuitas konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan China sesuai porsi sahamnya masing-masing di KCIC. Lebih dari separuh biaya untuk menutup cost overrun berasal dari tambahan utang CDB. Sisanya berasal dari patungan modal BUMN Indonesia dan pihak China yang menggarap proyek ini. Cost overrun itu ditanggung oleh kedua belah pihak, di mana 60 persen ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan 40 persen ditanggung oleh konsorsium China.
- Penulis: -
- Editor: Deddy Rachmawan
Saat ini belum ada komentar