Paling Kuat di Asia, Rupiah Menguat 0,17% ke Level Rp 16.472

TUKAR UANG: Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran uang. Hari ini mata uang rupiah mengalami penguatan. (F:Ist)
TUKAR UANG: Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran uang. Hari ini mata uang rupiah mengalami penguatan. (F:Ist)
Reporter

-

Editor

Darmanto Zebua

"Ketegangan sosial dan politik dalam negeri yang memanas sejak Kamis (28/8/2025) terus akan memanas. Apalagi, bumbu-bumbu sebelumnya di mana pemerintah akan memberikan tunjangan untuk perumahan terhadap DPR, ini pun juga membuat satu ketegangan tersendiri," ujar Ibrahim dikutip dari Bisnis.

Ibrahim melihat kondisi ini akan semakin panas, imbas adanya korban jiwa pada aksi demonstrasi kemarin. Selain itu, menurutnya birokrasi yang kental dengan kolusi dan nepotisme juga membuat kecemburuan tersendiri bagi para profesional lainnya yang selama ini masih belum memiliki pekerjaan.

"Sehingga wajar ketimpangan semakin tajam dalam pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini," tegasnya.

Sementara dari sentimen global, data yang dirilis AS menunjukkan ekonomi negara Paman Sam tersebut tumbuh pesat. Indikasinya, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun yang menyiratkan penguatan pasar tenaga kerja. Selain itu, PDB kuartal II tahun ini di AS menunjukkan ekspansi tahunan sebesar 3,3%, melampaui proyeksi pertumbuhan di level 3,1% dari posisi semula di 3,0%. Klaim pengangguran awal juga turun menjadi 229.000, sedikit lebih baik dari konsensus yang meramal di level 230.000.

Katalis berikutnya tidak jauh dari perkembangan Bank Sentral, di mana Gubernur The Fed, Lisa Cook yang telah dipecat Trump mengajukan gugatan dan memicu pertikaian bersejarah atas independensi bank sentral AS. Polemik tersebut mewarnai keputusan The Fed untuk menetapkan suku bunga pada September nanti.(*)