Garuda–Citilink Kocok Ulang Rute, Cegah Kanibalisasi & Perkuat Efisiensi Operasional
- account_circle syaiful amri
- calendar_month Sel, 2 Des 2025
- comment 0 komentar

Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone.
JAMBISNIS.COM – Garuda Indonesia (GIAA) dan Citilink melakukan penataan ulang rute penerbangan untuk mencegah kanibalisasi antarunit usaha dalam satu grup. Langkah ini menjadi bagian dari strategi transformasi untuk mengembalikan kinerja perseroan agar lebih sehat dan kompetitif. Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, menegaskan bahwa harmonisasi jaringan penerbangan menjadi kunci untuk menghindari gesekan pasar antara layanan premium Garuda dan layanan berbiaya rendah milik Citilink.
“Ini kami lakukan agar Garuda dan Citilink tidak saling kanibalisasi dan dapat memberikan pelayanan yang lebih komprehensif kepada pelanggan,” ujarnya dalam RDP dengan Komisi VI DPR, Senin (1/12/2025).
Thomas menjelaskan bahwa persaingan di industri penerbangan kian ketat, di tengah tekanan harga tiket dan segmentasi pasar yang semakin jelas. Garuda menjaga positioning sebagai full service premium, sementara Citilink fokus pada segmen Low-Cost Carrier (LCC). Karena itu, pengaturan ulang rute dinilai vital agar kedua maskapai berjalan saling melengkapi.
Hasil pengecekan Bisnis melalui aplikasi pemesanan tiket menunjukkan masih ada tumpang tindih rute, seperti CGK–YIA, CGK–DPS, dan CGK–SUB, yang ditawarkan oleh kedua maskapai dengan rentang harga sangat jauh. Sementara itu, beberapa rute eksklusif Citilink seperti YIA–Balikpapan dan Denpasar–Balikpapan menunjukkan peluang segmentasi yang dapat diperkuat.
Transformasi Garuda semakin solid setelah perseroan menerima dana Rp23,7 triliun dari Danantara. Dana tersebut digunakan untuk stabilisasi operasional, perbaikan struktur keuangan, hingga pemeliharaan armada Garuda dan Citilink.
Dari total dana tersebut, sekitar Rp11,2 triliun dialokasikan untuk penyehatan dan pemeliharaan armada Citilink, sementara Rp8,7 triliun untuk pesawat Garuda Indonesia.
Dengan tambahan modal tersebut, jumlah pesawat beroperasi meningkat menjadi 90 unit, terdiri atas 58 pesawat Garuda dan 32 unit Citilink.
“Dengan dukungan dari pemerintah dan pemegang saham, transformasi Garuda ini memiliki ruang bertumbuh yang memadai,” kata Thomas.
Sebagian dana juga digunakan untuk membayar kewajiban Citilink kepada Pertamina sebesar US$225 juta, serta memperkuat struktur permodalan dan meningkatkan free float saham publik.
Melalui penataan rute, perbaikan armada, dan penguatan modal, Garuda menargetkan jaringan penerbangan yang lebih efisien, terkonsolidasi, serta mampu mendorong daya saing di pasar domestik maupun regional.
- Penulis: syaiful amri

Saat ini belum ada komentar