-
Darmanto Zebua
JAMBISNIS.COM - Musim panen kedelai segera tiba di Amerika Serikat (AS). Namun, para petani kedelai malah diselimuti ketakutan akan potensi merugi besar. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perdagangan, China, pembeli terbesar kedelai AS, tidak melakukan satu pun pemesanan.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mendalam terhadap keberlanjutan sektor pertanian sekaligus perekonomian nasional.
Caleb Ragland, petani asal Kentucky sekaligus Presiden American Soybean Association, menyebut situasi ini sebagai "sangat genting." Dalam wawancara dengan CNN, ia menegaskan, “China membeli lebih banyak kedelai kita daripada seluruh pembeli asing lainnya digabungkan.”
Selama ini, sekitar 25% produksi kedelai AS diserap pasar China, dengan seperempat dari penjualan tahunan biasanya sudah tercatat sebelum panen. Tahun ini, angkanya nol.
Ketiadaan pesanan tersebut memperparah tekanan yang sudah ada. Harga kedelai kini 40% lebih rendah dibandingkan tiga tahun lalu, sementara biaya produksi dan bunga pinjaman meningkat.
Harga kontrak berjangka September hanya sekitar US$ 10,10 per bushel, padahal biaya produksinya diperkirakan mencapai US$ 11,03. Ragland mengaku usahanya sendiri menanggung kerugian hingga US$ 750.000 dan harus bergantung pada pinjaman untuk bertahan.