-
Darmanto Zebua
“Pasar semakin yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, sehingga dolar kembali menguat terhadap sebagian besar mata uang utama,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis pada Senin (6/10/2025).
Selain itu, ketidakpastian politik di Amerika Serikat juga turut membayangi pasar. Para Senator AS kembali gagal meloloskan proposal pengeluaran untuk membuka kembali pemerintahan federal, memperpanjang penutupan hingga pekan depan.
Tekanan terhadap rupiah juga datang dari faktor domestik, terutama keterlambatan penyerapan belanja kementerian/lembaga (K/L) dalam tahun anggaran 2025.
“Penyerapan belanja K/L kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena adanya kebijakan efisiensi anggaran yang diterbitkan Februari 2025. Hal itu membuat banyak instansi perlu menyesuaikan kembali alokasi belanja,” ujarnya.
Meski demikian, pemerintah tetap optimistis bahwa penyerapan anggaran dapat meningkat menjelang akhir tahun. Kementerian Keuangan mencatat sudah ada 12 K/L besar dengan realisasi belanja mencapai sekitar 80%. Di tengah kondisi ini, Ibrahim memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi melemah di kisaran Rp16.580 – Rp16.530 pada Selasa (7/10/2025).(*)
