Harga Tembaga Naik 2,14% Usai Longsor Tambang Freeport

Harga Tembaga Naik 2,14%
Harga Tembaga Naik 2,14%
Reporter

Syaiful Amri

Editor

Syaiful Amri

JAMBISNIS.COM - Harga tembaga dunia melonjak setelah tambang bawah tanah milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua Tengah mengalami longsor pada September 2025. Insiden ini memicu kekhawatiran pasar terhadap pasokan global, sehingga mendorong harga tembaga ke level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), harga kontrak berjangka tembaga naik 2,14% menjadi US$10.715 per ton, mendekati rekor tertinggi Mei 2025 di level US$10.954 per ton.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa lonjakan harga tersebut disebabkan oleh penghentian sementara operasi tambang Grasberg Block Cave (GBC) milik Freeport.

“Produksi diperkirakan kembali normal pada kuartal pertama 2026. Sekitar 1% dari pasokan global terganggu, sehingga harga tembaga berpotensi naik 5%–10%,” ujar Lukman kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

Insiden longsor di tambang bawah tanah GBC terjadi pada 8 September 2025, menewaskan sedikitnya tujuh pekerja. Akibatnya, Freeport-McMoRan Inc (FCX), induk PTFI, memperkirakan pemulihan penuh produksi baru akan tercapai pada 2027.

Dalam keterangan resmi FCX, disebutkan bahwa produksi tambang GBC tahun 2026 kemungkinan 35% lebih rendah dari estimasi sebelumnya karena proses pemulihan bertahap. Tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak akan mulai beroperasi kembali pada kuartal IV/2025, sementara restart GBC akan dilakukan pada semester I/2026.