Berita Terkait

Tren Lari Jadi Ladang Cuan, Fotografer Bisa Raup Puluhan Juta per Bulan

Fotografer memotret pejalan kaki dan pesepeda

Fotografer memotret pejalan kaki dan pesepeda

Reporter:

Syaiful Amri

Editor:

Syaiful Amri

JAMBISNIS.COM - Fenomena lari rekreasional yang kian menjamur di kota-kota besar, khususnya Jakarta, telah membuka ceruk bisnis baru yang menjanjikan bagi para fotografer. Tak hanya sekadar menyalurkan hobi, profesi ini kini bisa menjadi sumber penghasilan fantastis, bahkan mencapai puluhan juta Rupiah per bulan.

Salah satu yang merasakan manisnya cuan dari tren ini adalah Joko Siswanto, fotografer sekaligus pengelola akun @potretgowes dan @potretevent. Berbekal pengalaman otodidak, Joko mulai menekuni fotografi olahraga sejak pandemi COVID-19 melanda di tahun 2020/2021. Kala itu, banyak masyarakat urban beralih ke hobi lari dan bersepeda.

"Tren foto lari menjadi sebuah peluang yang cukup menarik untuk menambah pundi-pundi Rupiah. Di kota besar seperti Jakarta, bisnis ini tumbuh subur dan semakin banyak diminati oleh para fotografer," ujar Joko kepada kumparan.

Awalnya, Joko memotret para pesepeda di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin. Dulu, jumlah fotografer belum sebanyak sekarang, dan mereka cenderung berkumpul di titik-titik tertentu seperti Flyover Kuningan atau Dukuh Atas Sudirman. "Alhamdulillah, awal mula memulai bisnis ini adalah sebuah kejutan besar bagi saya, karena omzet yang dihasilkan bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap bulannya," ungkap Joko.

Harga jual foto bervariasi, umumnya sekitar Rp 100.000 per foto, dan bisa lebih murah jika membeli dalam jumlah banyak. Joko menegaskan pentingnya tidak menjual karya dengan harga terlalu murah, mengingat investasi kamera dan laptop yang tidak sedikit. Namun, seiring berjalannya waktu dan makin banyaknya fotografer baru, omzet mulai mengalami penyusutan. Terlebih saat event besar seperti Car Free Day (CFD) atau marathon, jumlah fotografer bisa mencapai lebih dari 200 orang di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman.

Incar Event Lomba Lari, Peluang Cuan Lebih Besar
Fotografer lain, Rizkiananda Chinta Cheppy, pemilik akun @chintamoments, lebih memilih fokus pada event-event lari yang digelar di akhir pekan. Menurutnya, di event lari, peluang pelari profesional atau rekreasional untuk membeli foto lebih besar dibandingkan foto harian.

"Untuk satu event lari setidaknya saya mengantongi Rp 1 juta. Di ajang Bogor Run 2025 saja, ada 60 foto yang terjual. Dengan harga per foto Rp 50 ribu, ya, kira-kira bisa dapat Rp 3 jutaan kemarin,” jelas Chinta.

Selain road run, Chinta juga kerap mengincar trail run yang lebih menantang. Baginya, trail run memungkinkan dirinya berpindah-pindah spot dan mengabadikan momen dari berbagai sudut. Meski fotografi merupakan pekerjaan sampingan, Chinta pernah meraup pendapatan tertinggi Rp 13 juta per bulan dari penjualan foto di Instagram atau platform Fotoyu. Ia bahkan mulai merambah ke cabang olahraga lain seperti tenis dan golf.

Dari Driver Ojol Hingga Pelajar SMP Ikut Panen Cuan
Tren ini tak hanya menjalar di Jakarta, tetapi juga kota besar lain seperti Bandung. Judi Tandoko, fotografer olahraga di platform Fotoyu, merasakan dampak positifnya. Sejak 4 bulan lalu, Judi yang sebelumnya adalah driver ojek online (ojol) kini lebih memilih memotret di kawasan Dago Bawah, Bandung, karena penghasilannya tak jauh berbeda dengan ojol namun tanpa kelelahan berlebih.

"Sebelumnya, setelah pulang kerja saya ambil beberapa jam untuk bekerja menjadi ojek online dengan penghasilan sekitar Rp 400.000 satu minggu, tapi dengan kondisi lelah saat pulang ke rumah, di platform ini pun saya bisa mendapatkan kurang lebih hasil yang sama dengan tidak terlalu kelelahan," ungkapnya.

Omzet Judi mencapai Rp 100.000-500.000 setiap pekannya dengan harga minimal Rp 35.000 per foto. "Keuntungan 90 persen dari harga foto, harga foto diatur komunitas agar harga tetap stabil dan semua pembeli membeli karena karya, bukan harga," jelas Judi.

Platform berbasis AI, Fotoyu, menjadi penghubung antara fotografer dan pengguna, memudahkan pencarian foto. Meski ada pro dan kontra terkait privasi, Judi menilai teknologi ini sangat membantu para pegiat olahraga.

Kisah menarik juga datang dari Albie Alfarizi Sembiring (15 tahun), seorang pelajar SMP di Medan. Dari sekadar hobi badminton, Albie kini meraup cuan dari isengnya memotret pelari di Jalan Diponegoro. "Awalnya enggak niat jualan ya, tapi aku mau kasih aja kalau ada yang minta ya, namanya aku masih belajar dan biasa aja hasilnya,” kata Albie.

Senada dengan Albie, Syahran, fotografer di Medan, juga merasakan keuntungan Rp 2-5 juta dari hobinya. Ia bahkan rela berjam-jam sendirian di perbukitan demi mendapatkan background yang menarik. Tren lari yang terus meningkat seiring kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, membuka pintu rezeki bagi para fotografer jalanan. Dengan semakin banyaknya event lari dan platform yang mendukung, profesi ini diproyeksikan akan terus menjadi ladang cuan yang menarik di masa depan.(*)

Saiful Amri
22
Get In Touch

Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124

+62

media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com

Follow Us

© Design by Jambisnis.com