ilustrasi gambar
Syaiful Amri
Syaiful Amri
JAMBISNIS.COM - Sektor perbankan Indonesia menunjukkan geliat positif di awal tahun 2025. Bank-bank kini semakin agresif dalam menjual aset-aset bermasalah mereka, sebuah strategi yang terbukti ampuh mendorong kenaikan pendapatan non-bunga di kuartal I/2025.
Salah satu bank yang gencar melakukan upaya ini adalah PT Bank Tabungan Negara (BTN). Hingga Maret 2025, BTN tetap fokus pada penjualan aset-aset bermasalah, bahkan telah merencanakan transaksi bulk asset sales yang ketiga kalinya tahun ini. Nilai transaksi yang ditargetkan cukup fantastis, mencapai Rp 1 triliun hingga Rp 1,3 triliun, dengan menggunakan pola asset swap yang sama seperti tahun lalu.
Ramon Armando, Corporate Secretary BTN, menjelaskan bahwa skema penjualan bersama menjadi pola yang paling sering digunakan untuk aset komersial macet. "Sampai dengan Maret 2025 telah dilakukan penjualan bersama untuk aset kredit macet aktif komersial sebesar Rp 20 miliar dan untuk aset kredit macet pasif komersial sebesar Rp 26 miliar," ungkap Ramon
Dari total target Rp 1 triliun hingga Rp 1,3 triliun tahun ini, sebagian di antaranya sudah masuk dalam kategori hapus buku (off-balance sheet), yang secara langsung akan mengurangi rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL). Ramon menambahkan bahwa proses ini masih menunggu penyelesaian akhir untuk melihat besaran hasil konkretnya.
Efektivitas strategi ini juga terlihat dari peningkatan recovery penjualan aset bermasalah terhadap kredit yang dihapus buku. Hingga kuartal I/2025, angka recovery BTN melonjak signifikan, mencapai 65,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Senada dengan BTN, PT Bank Raya Indonesia Tbk (ARGO) juga aktif dalam upaya penjualan aset-aset bermasalahnya. Bank digital ini terus menjalin komunikasi dan negosiasi intensif dengan debitur untuk mempercepat penyelesaian damai.
Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi (Tiwi), mengungkapkan bahwa Bank Raya juga aktif berkolaborasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dalam pelaksanaan lelang. Hal ini tidak hanya meningkatkan persentase keberhasilan lelang, tetapi juga memperluas publikasi informasi lelang Bank Raya agar lebih mudah diakses masyarakat, sehingga meningkatkan potensi penambahan pendapatan recovery.
"Penjualan aset dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, dengan mayoritas berasal dari segmen Menengah," jelas Tiwi. Ia juga memaparkan bahwa Bank Raya menerapkan beberapa skema dalam penjualan aset, meliputi penyelesaian damai melalui komunikasi dan negosiasi dengan nasabah, skema lelang via KPKNL, serta kerja sama dengan pihak ketiga. Hingga saat ini, skema penyelesaian damai dan lelang masih mendominasi pencapaian recovery.
Bank Raya Indonesia memproyeksikan bahwa angka recovery write off akan terus bertumbuh hingga akhir tahun. Namun, fokus utama Bank Raya tetap pada ekspansi kredit yang hati-hati demi menjaga kualitas kredit agar tetap terjaga dengan baik di masa mendatang.(*)
Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124
+62
media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com
© Design by Jambisnis.com