Berita Terkait

Tekstil Tempati Posisi Ketiga Impor Provinsi Jambi

Ilustrasi. FOTO Pexels.com

Ilustrasi. FOTO Pexels.com

Reporter:

Deddy Rachmawan

Editor:

Deddy Rachmawan

JAMBISNIS.COM - Tekstil ataupun kain, menjadi komoditas impor terbanyak ketiga di Provinsi Jambi periode Januari hingga April 2025. Di atasnya ada komoditas berupa bubur kayu atau pulp (35,03 persen) dan lokomotif dan kontainer besi (28,56).

Adapun impor tekstil ke Provinsi Jambi nilainya 227.062 dolar atau 6,28 persen terhadap total impor. Data tersebut disampaikan Kepala BPS Provinsi Jambi, Agus Sudibyo dalam rilis Berita Resmi Statistik Provinsi Jambi, pada Senin (2/6/2025).

Rilis yang disiarkan secara langsung di kanal BPS Jambi itu mengungkapkan ada perubahan dalam geliat impor. Utamanya terkait negara asal. Agus menyampaikan, umumnya impor Jambi berasal dari negara Singapura ataupun China. Namun saat ini, Kanada berada di posisi teratas dengan persentase 40 persen.

Setelah Kanada, impor Jambi berasal daru China sebanyak 27,6 persen lalu disusul Singapura dan Malaysia. "Secara positif impor ini berguna untuk menggerakan perdagangan," Agus.

Hanya saja menurutnya, ini bisa seperti pisau bermata dua. Sisi negatifnya adalah membuat ketergantungan. Pada periode Januari hingga April 2025 ini, posisi ekspor turun sedangkan impor justru naik.

Mengutip Jambi Dalam Angka 2025 yang dirilis BPS Provinsi Jambi, pada 2023 ada 465 perusahaan di Jambi yang bergerak di bidang tekstil. Yang menarik perhatian adalah, jumlah perushaan tesktil naik dari tahun 2022 yang hanya 308. Tapi, anomalinya adalah jumlah tersebut tidak selaras dengan jumlah tenagaa kerja di bidang tersebut.

Pada 2022 dengan 308 perusahaan ada 739 tenaga kerja di sektor tersebut. Tapi pada 2023, dari 465 perusahaan tekstil jumlahn tenaga kerjanya hanya 699.

Seperti diketahui, industri tekstil di tanah air sedang tidak baik-baik saja. Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Yahya Zaini pernah menyoroti gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil.

"Di Batam tidak ada PHK karena di sini industrinya lebih banyak berbasis elektronik. Tapi di daerah lain, khususnya yang memiliki banyak pabrik tekstil, kondisinya mengkhawatirkan. Kalau tidak segera dibatasi, maka industri lokal bisa mati," ujar Yahya seperti dilansir tempo.co belum lama ini.

Dengan semakin tingginya tekanan terhadap industri tekstil nasional, DPR RI mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret dalam membatasi impor barang tekstil dan memperkuat kebijakan proteksi industri dalam negeri agar tidak terus tergerus oleh produk luar. (*)

Deddy Rachmawan
118
Get In Touch

Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124

+62

media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com

Follow Us

© Design by Jambisnis.com