Harga Sawit di Jambi Turun Rp63,81/kg, Ini Penyebab dan Rincian Terbarunya

JAMBISNIS.COM - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Provinsi Jambi kembali mengalami penurunan untuk periode penetapan 13 hingga 19 Juni 2025. Penurunan harga ini diumumkan secara resmi oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi setelah rapat rutin yang digelar pada Kamis, 12 Juni 2025. Dalam rapat tersebut, ditetapkan bahwa harga TBS untuk tanaman sawit berumur 10 hingga 20 tahun sebesar Rp3.223,91 per kilogram, atau mengalami penurunan sebesar Rp63,81/kg dibandingkan periode sebelumnya.

Sekretaris Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Hero Suratman, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh faktor eksternal, terutama kondisi pasar minyak sawit global.

"Harga TBS mengalami penurunan karena stok minyak sawit mentah (CPO) global, khususnya dari Malaysia, meningkat. Produksi dan impor yang tinggi tidak diimbangi oleh ekspor, sehingga menekan harga. Selain itu, harga minyak kedelai dan minyak nabati lain di bursa internasional juga mengalami pelemahan," ungkapnya saat diwawancarai di Kantor Dinas Perkebunan Jambi.

Penetapan harga TBS ini dilakukan secara berkala setiap hari Kamis, dengan menghadirkan perwakilan dari petani, perusahaan, serta pihak pemerintah. Proses ini bertujuan untuk menjaga transparansi, keadilan harga, dan melindungi kepentingan semua pihak dalam industri sawit.

Berikut hasil lengkap rapat penetapan harga TBS Kelapa Sawit Provinsi Jambi untuk periode 13–19 Juni 2025:
1. Harga rata-rata CPO: Rp13.079,71/kg
2. Harga rata-rata inti sawit (kernel): Rp10.816,91/kg
Indeks K: 93,93%
1. Harga TBS umur 10–20 tahun: Rp3.223,91/kg
2. Penurunan harga rata-rata TBS seluruh umur tanaman: Rp57,29/kg

Meski harga turun, Pemerintah Provinsi Jambi bersama petani dan pelaku industri terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing kelapa sawit. Langkah strategis seperti pelatihan teknis, peremajaan tanaman, dan efisiensi produksi menjadi fokus utama.

"Kami berharap kondisi pasar global segera membaik dan harga sawit dapat kembali stabil. Kami juga terus mendorong kemitraan antara petani dan perusahaan agar lebih kuat dan saling menguntungkan," tambah Hero.