ILUSTRASI: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan.
-
Darmanto Zebua
JAMBISNIS.COM - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan, meski tipis. Mengutip data Bloomberg, Kamis, 11 Juni 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.260 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 15 poin atau setara 0,09 persen dari posisi Rp16.275 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 15 poin, sebelumnya sempat menguat 25 poin di level Rp16.260 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.275 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.255 per USD. Rupiah naik 16 poin atau setara 0,10 persen dari Rp16.271 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.265 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 11 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.276 per USD.
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sentimen eksternal terkait dengan tarif Trump yang tetap berlaku karena mempertimbangkan putusan sebelumnya yang memblokir rencana tarifnya. Putusan pengadilan itu membuat rencana Trump untuk tarif 'Hari Pembebasan', yang menguraikan pungutan tinggi terhadap mitra dagang utama, sebagian besar sudah berlaku, menjelang batas waktu awal Juli untuk penerapannya.
"Berita tentang putusan tersebut mengimbangi beberapa optimisme atas pernyataan AS dan Tiongkok dimana mereka telah mencapai kerangka kerja untuk pembicaraan perdagangan, meskipun para pejabat memberikan sedikit rincian aktual tentang perjanjian tersebut," papar Ibrahim.
Para pejabat AS mengatakan perjanjian itu akan meresmikan deeskalasi perdagangan Mei yang dicapai di Jenewa, Swiss, dan juga akan membantu menyelesaikan masalah ekspor tanah jarang Tiongkok dan pembatasan AS atas penjualan chip ke Tiongkok.
Fokus sekarang tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen AS yang utama untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi terbesar di dunia tersebut. Data tersebut diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menguat pada periode Mei, tetap stabil di sekitar level yang terlihat di hampir sebagian besar tahun ini.
"Tekanan harga AS sebagian besar telah menghentikan penurunannya dalam beberapa bulan terakhir, dengan gangguan yang berasal dari tarif Trump juga mendorong kenaikan harga konsumen. Data tersebut dapat memberi Federal Reserve lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah," papar Ibrahim.(*)
Jl. Kapt. A. Bakaruddin, Kelurahan Selamat, Kecamatan Danau Sipin, Kota Jambi, 36124
+62
media@jambisnis.com pimred@jambisnis.com
© Design by Jambisnis.com