Ikuti COP30, RI Tawarkan 4,8 Juta CO2e kepada Dunia

ILUSTRASI: Konferensi perubahan iklim ke-30 (COP30) di Brasil.
ILUSTRASI: Konferensi perubahan iklim ke-30 (COP30) di Brasil.
Reporter

-

Editor

Darmanto Zebua

JAMBISNNIS.COM -Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) akan membawa 4,8 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) dari 14 proyek pengurangan emisi untuk diperdagangkan dalam Konferensi Perubahan Iklim ke-30 (COP30) di Brasil. Deputi Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon Kementerian Lingkungan Hidup Ary Sudijanto mengatakan upaya untuk memitigasi dan mengatasi perubahan iklim masih menghadapi isu terkait pendanaan. Terlebih, masih banyak janji pendanaan dari negara kaya ke negera berkembang yang masih banyak belum terealisasi. Oleh karena itu, dalam COP-30, RI akan membawa potensi nilai ekonomi karbon yang ada di Tanah Air untuk dipamerkan ke berbagai pihak.

"Indonesia ingin mengajukan alternatif. Sekarang kalau memang butuh pendanaan, jadi kami kaji dari nilai karbon sehingga tidak perlu meminta pendanaan ke negera maju," ujarnya dikutip dari Bisnis, Jumat (12/9/2025).

Adapun Indonesia sudah memiliki 17 proyek pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang telah dijalankan dalam skema mekanisme pembangunan bersih atau clean development mechanism (CDM). CDM merupakan salah satu skema dari Protokol Kyoto, perjanjian global terkait perubahan iklim, yang sudah berakhir pada 2020. "Sampai 2023 itu ternyata masih ada proyek yang masih jalan. Lalu UNFCCC memberikan kesempatan kalau masih jalan, maka bisa dilanjutkan tetapi harus bertransformasi ke skema Perjanjian Paris," katanya.

Indonesia memiliki 17 proyek CDM di bawah Protokol Kyoto dimana 14 diantaranya memenuhi syarat untuk melakukan transisi ke mekanisme skema carbon offset yang diatur dalam Pasal 6.4 Perjanjian Paris yaitu Paris Agreement Crediting Mechanism (PACM). "Kami akan fasilitasi 14 proyek tersebut Waktu yang tersisa untuk melaporkan 14 proyek tersebut ke Sekretariat UNFCCC 3 bulan," ucapnya. Adapun total 4,8 juta CO2e hasil pengurangan emisi karbon dari 14 proyek berpotensi diperdagangkan dalam pasar karbon Proses transisi itu akan memastikan bahwa emisi gas rumah kaca (GRK) yang sudah berhasil dilakukan pengurangan dapat diperdagangkan sesuai dengan skema Perjanjian Paris yang saat ini sudah berlaku. Beberapa proyek pengurangan emisi itu termasuk sejumlah geotermal, pengolahan biogas dari pengelolaan limbah, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan proyek penangkapan gas metana. "Jadi kita ingin sampaikan ke dunia, Indonesia sudah exercising semua kanal yang ada dan itu bisa dilakukan. Nanti di COP kami ingin seperti itulah," tuturnya.(*)