Syaiful Amri
Syaiful Amri
JAMBISNIS.COM - Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) diproyeksikan akan menjadi pengekspor bersih biofuel ke pasar global, terutama Eropa, seiring dengan kapasitas produksi yang terus meningkat dan melebihi permintaan domestik. Hal ini diungkapkan oleh Ahmad Adly Alias, Wakil Presiden Divisi Refining, Marketing, and Trading Petronas, dalam ajang Asia Pacific Petroleum Conference (APPEC) yang digelar di Singapura, Rabu (10/9/2025).
Menurut Ahmad Adly, produksi sustainable aviation fuel (SAF) di Asia diperkirakan mencapai 4 juta metrik ton per tahun pada 2030. Jumlah tersebut dipastikan menciptakan surplus produksi, yang membuat kawasan ASEAN berada dalam posisi strategis sebagai eksportir utama biofuel, khususnya ke kawasan Uni Eropa yang kini tengah mengakselerasi transisi energi hijau.
“Surplus ini menempatkan ASEAN sebagai pengekspor potensial ke pasar seperti Eropa,” kata Adly.
Adly juga menekankan bahwa kekuatan Asia dalam rantai pasok biofuel tidak hanya terletak pada kapasitas produksi yang terus tumbuh, tetapi juga akses yang luas terhadap feedstocks (bahan baku berkelanjutan), seperti minyak jelantah, limbah pertanian, dan biomassa.
“Asia memiliki keunggulan dalam ketersediaan feedstocks serta potensi pertumbuhan yang belum tergarap optimal,” ujarnya.
Hal ini membuat Asia Tenggara tidak hanya menarik sebagai pasar, tetapi juga sebagai basis produksi biofuel yang kompetitif secara global. Adly menambahkan bahwa permintaan biofuel untuk sektor transportasi di Asia Pasifik diprediksi melonjak menjadi 250 juta liter per tahun pada 2030. Ini merupakan tingkat pertumbuhan tercepat secara global, mencerminkan peluang bisnis dan investasi yang sangat besar di wilayah ini.